| Salah satu lokasi hutang yang terletak sebelah selatan jalan lintas Sumbawa - Dompu | Doc. Bop | |
| NTB
| Banjir
salah satu bencana menakutkan yang ditimbulkan dari kerusakan hutan. Hampir pada
sejumlah wilayah daerah Nusa Tenggara Barat, kerusakan hutan sudah menjadi
rahasia umum.
Tak sedikit kerugian harta benda dan material
lainnya dikala banjir menerjang permukiman warga. Namun kita tidak menyadarinya
bahwa bencana yang melanda adalah ulah manusia itu sendiri.
Setiap memasuki musim hujan, banjir terkesan
dianggap menjadi langganan. Factor penyebab
akan semua itu karena hutan pelindung habis dibabat untuk kepentingan
perladangan. Pemerintah daerah seakan ‘tutup mata’. Padahal penegakan hukum dalam
suatu wilayah daerah, menjadi salah satu tanggungjawab pemerintah daerah itu
sendiri.
| Puing pohon berserakah dibiarkan kering untuk dibakar (lokasi Dompu) | Foto: Bop | |
Tak ada yang tidak bisa dilakukan selama
pemerintah daerah mengambil langkah tegas untuk melakukan pencegahan terhadap aksi
pembalakan atas kerusakan hutan lindung. Namun fakta lapangan berkata lain—secara
kasat mata hutan dibabat tanpa ada tindakan.
Di Kabupaten Bima—tak sedikit lokasi penampungan
air seperti di Dam Pelaparado mengalami degradasi. Dan tak sedikit pula wilayah
perkampungan warga terendam banjir dan lumpur. Dampak dari ini semua akibat
kerusakan hutan yang kerap merajalela.
| Kondisi terkini Bendungan Pelaparado - Bima. Terjadi degradasi drastis akibat hutan sekitarnya hancur | |
Begitu pun di Kabupaten Dompu. Daerah yang
memiliki moto “Nggahi Rawi Pahu” ini, juga tak jauh dari persoalan yang terjadi
di Bima. Kelestarian hutan terkesan sebuah simbol, namun fakta di lapangan
hutan dibabat gundul sejauh mata memandang.
Salah satu obyek penggundulan hutan yang
menjadi pemandangan buruk bagi para pengguna jalan raya sepanjang jalur
nasional lintas Sumbawa, ketika melewati perbatasan wilayah Bima – Dompu.
Semula sepanjang jalur tersebut ditumbuhi
hutan rindang. Kondisi hawa udara terasa adem dan nyama dikala melewati jalur
ini. Namun kini fakta lapangan gunung terlihat tak ‘berambut’ lagi. Puing-puing
kayu dari sisa pembakaran berserakah. Lahan tandus pun disulap menjadi
perladangan. Papan larangan pembabatan hutan lindung dari pemerintah tak
berarti. Entah siapa dibalik itu semua.
Penulis:
Suryadin