MEDIANUSANTARA.ID—KALEI BUNTI adalah sebutan dari Usung Pengantin. Yang diusung pun yakni pengantin perempuan. Budaya ini ternyata masih terlestari oleh warga, yakni sejak tahun 1964 hingga sekarang. Budaya Kalei Bunti ini pun, sudah melekat dan tak bisa dipisahkan dari kehidupan warga masyarakat, khususnya di saat acara-acara tertentu.
Sebut saja, Kalei
Bunti ini ada di Desa Bolo Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Budaya yang sudah menjadi tradisi warga tersebut, yakni dilaksanakan
setiap ada hajatan pernikahan. Dimana pengantin perempuan, akan diusung keliling
hingga ke tempat kediaman pengantin itu sendiri.
Adapun tempat dilaksanakannya
Kalei Bunti ini, yakni berlangsung di jalan raya. Waktu pun dimulai sekira
pukul 22.00 Wita (malam) hingga selesai.
Sebelum dimulai,
pihak keluarga penganti perempuan melaksanakan acara rembungan bersama dengan warga
setempat. Kemudian pengajian ayat-ayat Al-Qur’an dan ceramah agama.
Usai mengikuti beberapa
acara di atas, pihak keluarga pengantin menentukan tempat star. Setelah
ditentukan, pengantin perempuan pun dibawa (digonceng) menggunakan sepeda motor
menuju lokasi star. Warga lain pun ikut merapat ke lokasi tersebut. Termasuk
kelompok rebanah (hadrah), pelaku dzikir serta kelompok pemuda yang ditugaskan
untuk pengamanan jalan raya.
Setelah semuanya
sudah disiapkan—pengantin perempuan ini dipersilahkan duduk di kursi, atau
ibaratnya sang ratu naik tahta yang siap diusung oleh empat orang laki-laki.
Acara pun mulai dilangsungkan. Pengantin perempuan terlihat bahagia dengan
wajah ayu dan senyum ramah kepada para penonton. Hmm…., bagaikan sang ratu yang
duduk manis disingahsanah, itulah khiasan tradisi budaya Kalei Bunti di Desa
Bolo Kecamatan Madapangga.
Pada saat acara
berlangsung—rombongan Kalei Bunti berjalan kaki dari tempat (star). Lantunan shalawat
dan dzikir, seakan menjadi nuansa sakral. Pukulan rebanah, pun membuka memori
akan masih terlestarinya music tradisional di desa itu.
Adapun pihak
keluarga dari kedua calon pengantin, juga masuk dalam barisan iringan rombongan
Kalei Bunti. Termasuk warga lainnya. Mulai dari usia tua, muda, remaja maupun
anakanak. Semua yang ditunjukan mereka
adalah sebuah kebersamaan. Begitu pun, tidak ada perbedaan status social
lainnya sehingga tradisi budaya Kalei Bunti di Desa Bolo – Madapangga, masih
melekat dan terlestari meski dihadapkan dengan perkembangan zaman saat ini.(adi)