Foto: Bop |
MEDIANUSANTARA.ID—Sungguh sangat
disayangkan setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari
Allah SWT. Namun ketika hujan
turun dan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan.
Perlu diketahui,
bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak
bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Maka dari
itu, janganlah sesekali mengucap dan berkata apalagi mencela, itu akan
berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda; “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan
yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan
perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu
perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu
dia dilemparkan ke dalam jahannam.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah
menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat
berbuat apa-apa sebagai kambing hitam, jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak
kita sukai. Apalagi mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak
dapat berbuat apa-apa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarang melakukan
hal itu. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Allah Ta’ala berfirman; “Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku
adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi
silih berganti.”
Keluhan
ataupun ucapan manusia dengan mencela suatu akan adanya tanda dan yang kemudian
terjadi, juga terus diawasi. Apalagi mengeluh dan mencelanya, seperti berkata—“Aduh!! Hujan lagi, hujan lagi”.
Allah SWT
berfirman; “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.(QS. Qaaf [50] : 18)
Segala
puji bagi Allah. Pada saat ini Allah SWT telah menganugerahkan kita suatu
karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Akan tetapi, janganlah sekali-kali
kita mengeluh atau mencelanya. Karena bahwashannya hujan yang diturunkan itu
adalah berkah.
Sebagaimana Allah SWT berfirman; ”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah
yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah [56] : 68-69)
Kemudian
dalam Qur’an Surat An Naba’ [78] : 14)—Allah
SWT berfirman; ”Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak
tercurah.”. KEMUDIAN; “Maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya.” (QS.
An Nur [24] : 43).
Sudah
menjadi tanda kekuasaan Allah SWT,
kesendirian-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta ini. Allah SWT
menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada
tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang.
Allah SWT dalam firmanNya; “Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering
dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan
subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan
yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat [41] : 39).
Beberapa ayat,
Allah SWT juga menyampaikan kabar—seperti dalam Firman-Nya; “Dan yang menurunkan air dari langit menurut
kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,
seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf : 11).
“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin
itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di
kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar
dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang
di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum : 48).
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka
berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi
Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syuura [41] :
28).
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh
keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman
yang diketam.” (QS. Qaaf [50] : 9).
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’ [21] : 30).
Demikianlah
hujan yang Allah SWT turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati dan kehidupan
lainnya. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar. Dan, sebagai
tanda syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat hujan yang telah diberikan,
sebaiknya kita mengilmuinya. Seperti melakukan amalan-amalan yang semestinya
dilakukan oleh seorang muslim ketika hujan itu turun. Bukan sebaliknya mengeluh
atau mencelanya.
Kemudian berdo’alah ketika turun
hujan sebagai rasa syukur kita pada Allah SWT.
’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: ”Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban
nafi’an” (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat)”.
“Allahumma haawalaina wa laa
’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil
awdiyati, wa manaabitisy syajari. [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami,
bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi,
gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (bop/berbagai sumber)