| Semprot keliling lokasi Karantina dan himbauan petugas Kepolisian agar ODP mentaati aturan | |
Ditelusuri tim media
ini, pasien yang mengamuk tersebut adalah enam ODP asal Kecamatan Sanggar. Mereka
sudah beberapa hari menjalani isolasi (karantina) di RS Sondosia. Asupan makanan
dan vitamin pengimban serta kebutuhan lain (tempat sholat, wudhul) didalam
ruang isolasi kurang diperhatikan, sehingga membuat enam ODP di RS itu stress dan
mengamuk.
Lebih ironis lagi,
salah satu dari mereka ada seorang perempuan yang status hamil. Kondisinya memprihatinkan.
Perempuan hamil ini bukanlah pasien, melainkan orang yang masih dalam
pemantauan namun dikarantina di RS Sondosia.
Tidak ada yang berani
mengatasi kejadian malam itu. Beruntung beberapa anggota TNI dan Polri tiba lebih
cepat di RS Sondosia untuk menenangkan enam orang ODP dari anggota Jamaah
Tabligh asal Kecamatan Sanggar ini. Itu pun dilakukan dengan jarak maksimal mengingat
anggota TNI/Polri tersebut tidak dilindungin dengan APD.
Direktur RSUD Sondosia dr Yulian Averooz di konfirmasi terkait enam Orang Dalam Pengawasan (ODP) yang mengamuk lantaran kurang diperhatikan makanan, itu tidak benar.
"Bukan kurang makan, tapi jenuh dan seperti dipenjara katanya. Orang kita kasih makan tiga kali sehari plus Snack kok, kalah kita makannya," kata Yulian via WhasApp, Jum'at (17/4/2020) pagi.
Direktur RSUD Sondosia dr Yulian Averooz di konfirmasi terkait enam Orang Dalam Pengawasan (ODP) yang mengamuk lantaran kurang diperhatikan makanan, itu tidak benar.
"Bukan kurang makan, tapi jenuh dan seperti dipenjara katanya. Orang kita kasih makan tiga kali sehari plus Snack kok, kalah kita makannya," kata Yulian via WhasApp, Jum'at (17/4/2020) pagi.
Sebelumnya, enam orang
dalam pemantauan (ODP) asal Kecamatan Sanggar yang dikarantina di RS Sondosia
itu, bukanlah pasien yang terinfeksi corona virus. Hanya saja mereka diisolasi
karena pernah memiliki riwayat perjalanan ke daerah yang terinfeksi CoVi-19.
Laporan: Adi Pradana