| Direktur RS Sondosia dr Yulian Averoos saat dikonfirmasi terkait laporan di Tipikor Polres Bima | Foto: Bop/MN | |
|
BIMA – NTB |
Keberhasilan suatu lembaga pemerintah sungguh tergantung cara pengelolaan
manajemen keuangan yang baik dan transparan, termasuk di Rumah Sakit itu
sendiri. Namun kenyataan hari ini, RS Sondosia di wilayah Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, terancam gagal untuk lolos dari verifikasi
peningkatan status RS lantaran ulah beberapa oknum di dalamnya.
Apalagi persoalan yang terus berkembang sampai
hari ini adalah pengelolaan manajemen keuangan Rumah Sakit yang dianggap
amburadur—hingga masuk dalam ranah penyelidikan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Polres Bima Kabupaten.
Sebelumnya, ada delapan orang pejabat di
RS Sondosia yang sudah menuai panggilan penyidik Tipikor. Bahkan diantara
mereka ini lebih dari satu kali memenuhi panggilan penyidik terkait kasus dugaan
penyalahgunaan anggaran Rumah Sakit tahun 2019.
Sumber Litbang MN menyebutkan, pada
tahun 2019 RSUD Sondosia mendapat suntikan anggaran sebesar Rp3,8 miliar. Dengan
perincian dana tersebut bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1,8
miliar—dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp1,4 miliar—dan BPJS sebesar Rp1 miliar.
Namun khusus alokasi dari BPJS tersebut tergantung besar kecilnya jumlah pasien
rawat inap.
| ARTIKEL TERKAIT |
Kini yang menjadi persoalan hingga masuk
dalam penyidikan dugaan penyalahgunaan anggaran pengadaan barang dan
operasional biaya perawatan di Rumah Sakit Sondosia—yaitu keterlibatan oknum di
luar RS Sondosia yang memang tidak memiliki kapasitas, akan tetapi terkesan mendaulati
pengadaan kebutuhan di RS Sondosia itu sendiri.
Sumber Litbang MN dari hasil investigasi
lapangan juga mengungkap dugaan keterlibatan isteri Direktur RS Sondosia dr
Yulian Averoos. Dugaan keterlibatan isterinya itu terkait pengadaan barang di
Rumah Sakit seperti obat-obatan.
Di satu sisi—RS Sondosia memiliki
pejabat Bendahara Barang yang salah satunya bertugas untuk melakukan pengadaan
barang dan jasa (obat-obatan). Namun sampai ini posisi Bendahara Barang yang
ditempati oleh Asikin tersebut terkesan sebuah formalitas saja.
Kebobrokkan pengelolaan manajemen
keuangan di RS Sondosia cukup memprihatikan dan terancam berdampak buruk bagi kelanjutan
peningkatan status nama RS Sondosia ke depan.
Kendati sampai hari ini tim audit dari
Inspektorat Kabupaten Bima belum mengumumkan hasil audit terkait kasus dugaan
penyalahgunaan anggaran Rumah Sakit Sondosia tahun 2019—pun tidak akan mempengaruhi
penyelidikan penyidik Tipikor Polres Bima Kabupaten.
“Belum kami umumkan, karena tim audit sedang
bekerja maksimal,” kata Kepala Inspektorat Kabupaten Bima H Abdul Wahab Usman
SH, via Handphone, Kamis (27/2/2020).
Sementara Direktur RS Sondosia dr Yulian
Averoos belum memberikan klarifikasi terkait dugaan keterlibatan istrinya dalam
pengadaan obat-obatan di Rumah Sakit tersebut. Bahkan sudah dua kali didatangi
Tim MN namun gagal untuk ditemui.
Klarifikasi pertama yang dilakukan Tim
MN dengan Direktur RS Sondosia di RS Sondosia pada hari Kamis, tanggal 27 Februari
2020. Saat itu Tim MN didampingi Kasi Kehumasan RS Sondosia Anwar—kemudian
mencoba mendatangi direktur di rumah dinasnya berlokasi di belakang rumah sakit
tersebut. Upaya klarifikasi pun gagal karena bersangkutan (dr Yulian) dalam
kondisi sakit.
“Kesehatan beliau belum fit, Insya Allah datang lagi besok,
nanti saya sampaikan kepada beliau,” tutur Anwar setelah menemui atasanya itu.
Namun ada yang janggal pasca Tim MN
keluar dari pekarangan rumah dinas direktur RS tersebut. Anwar selaku Kasi
Kehumasan RS mencoba menyampaikan sebuah lipatan benda ditangannya—yang katanya
amanat dari beliau (dr Yulian) buat sekadar untuk beli rokok?.
Ketika diketahui adanya hal demikian,
Tim MN langsung menolak dan meminta tegas kepada Kasi Kehumasan RS Sondosia agar
mengembalikan bentuk amanat yang ingin disampaikannya itu.
Upaya untuk mendapatkan klarifikasi
langsung dari Direktur RS Sondosia dr Yulian Averoos, Jum’at (28/2/2020)—Tim MN
mencoba datang kembali di RS Sondosia untuk mengkonfirmasi terkait dugaan kuat keterlibatan
istrinya dalam pengadaan obat-obatan. Namun upaya klarifikasi pun gagal.
“Pak direktur bersama Kasi Kehumasan
sudah ke Bima, katanya si ke kantor
Inspektorat,” ujar beberapa staf di RS Sondosia.
Penulis:
Suryadin
Investigasi
Litbang MN