|
BIMA | Dori
Dungga salah satu desa di Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara
Barat, kerap mengalami krisis air bersih setiap tahunnya. Bahkan kebutuhan
vital untuk kehidupan itu menjadi pemicu konflik antar desa tetangga lantaran
pipa penyalur air yang menuju Desa Dori Dungga sasaran diputus.
Di Desa Dori Dungga, diperkirakan ada 800
Kepala Keluarga (KK) membutuhkan air bersih. Sementara kebutuhan itu sendiri sangat
mendesak setiap waktu. Salah satu upaya yang dilakukan warga sebelumnya, mereka
mengambil air ke wilayah lain dengan menggunakan jasa ojek.
Perjuangan mereka ini menjadi perhatian
banyak pihak. Baik dari Pemerintah Daerah bahkan Pemerintah Provinsi maupun Pusat.
Kabag Humaspro Setda Kabupaten Bima Candra
M AP mengatakan, Pemerintah Daerah bersama Polri sebelumnya melakukan pendistribusian
air di wilayah tersebut. Warga pun menjemput penyaluran air dari mobil tangki milik
Polri dan BPBD Kabupaten Bima menggunakan jasa ojek.
Kini, kata M Candra, Pemerintah Daerah dibawah
komando dan koordinasi Bupati Bima Hj Indah Dhamayanti Putri bersama Dinas
Perkim mendorong warga masyarakat untuk bersama-sama memperjuangkan dengan membangun
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang bersumber dalam desa itu sendiri.
“Semula Bupati Bima Hj Indah Dhamayanti Putri
telah menyusun rencana penanganan untuk mengambil air bersumber dari Oi Kangga’a
dengan kedalaman 250 meter dari ketinggian kampung yang akan dilayani,” kata
Candra.
Dengan kolaborasi APBD—PAMSIMAS—APBDes
Dori Dungga, perlahan lahan masalah krisis air tersebut teratasi.
“Saya pikir ini bisa menjadi inspirasi untuk
desa-desa lainnya. Sebab, masih banyak desa yang memperoleh air dengan gratis,
tapi sering mengalami masalah akibat kurang tidak dikelola dengan baik,” kata
Candra.
Sebelumnya, Candra melihat selama
dirinya di BPBD, masyarakat masih menganggap air barang bebas yang bisa diakses
gratis kapan dan dimana saja. Namun sebagian warga masyarakat sendiri kurang sadar
bahwa ketika air langka, maka air yang semula barang sosial menjadi barang
ekonomi yang harus dibayar mahal.
Seperti kasus di Dori Dungga, dari sebelumnya
mereka membeli air 5 jirgen dalam sehari dengan harga Rp10.000. Tapi sekarang
mereka bisa memperoleh air setiap saat dengan biaya Rp25.000 per bulan.
“Manfaat inilah mendorong mereka gigih
memelihara SPAM yang ada agar bermanfaat untuk jangka panjang. Semoga inspirasi
mengelola SPAM tumbuh mulai dari Desa Dori Dungga Kecamatan Donggo,” harap
Candra.
Penulis:
Bunga
Editor
: Adi Pradana